LIFE of PI- Kisah Pi oleh Yan Martel
Judul
Asli: Life of Pi
Genre:
Fiksi
Penerbit:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal
Buku: 448 halaman, 20 cm
Tahun
Terbit: 2001, cetakan ke sembilan tahun 2017
Sinopsis:
“Pada
tanggal 21 Juni 1977, kapal barang Tsimtsum berlayar dari Madras menuju ke
Canada. Pada bulan Juli kapal itu tenggelam di Samudra Pasifik. Hanya ada satu
sekoci berhasil diturukan. Membawa penumpang seekor hyena, seekor zebra yang
kakinya patah, seekor orang utan betina, seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kg, dan Pi-anak lelaki india
berusia 16 tahun.
Selama lebih
dari tujuh bulan sekoci itu terombang ambing di samudra pasifik yang biru dan
ganas. Di samudra inilah sebagian kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa,
penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini
akan membuat orang percaya pada tuhan.”
Buku ini membuat saya merasa berhutang untuk
menulis resensi, sekedar menyampaikan feedback
atau kalau boleh mengajak orang lain untuk juga membaca buku ini. Saya menonton
film LIFE of PI pada akhir tahun 2013
(it’s really late I know), menurut
saya filmnya lumayan bagus, sinematografinya keren, tetapi lebih dari itu entah
kenapa (meskipun saya tahu bahwa film ini mendapatkan ulasan yang bagus dan
rating yang tinggi) saya kurang bisa menangkap sisi filosofis film tersebut dan
akhirnya saya merasa film ini kurang begitu berkesan. Lalu saya pelan-pelan
lupa pada kisah Pi Patel, namun saat berkunjung ke toko buku saya begitu sering
melihat buku ini terpajang di rak, dan sekali waktu saat sedang bosan dengan
genre triler psikologis dan horor yang sedang banyak saya baca waktu itu, saya
berpikir, mungkin ada bagusnya memberi kesempatan untuk LIFE of PI sekali lagi, kali ini saya ingin membaca cerita aslinya
tanpa dibayang-bayangi oleh versi filmnya yang menurut saya standar-standar
saja.
Awalnya saya tidak banyak menaruh harapan,
tapi membaca buku ini lembar demi lembar membuat saya berkali-kali berdecak
kagum, Yann Martel punya kemampuan meramu kata-kata dan alur cerita yang idenya
luar biasa, kalau dipikir-pikir malah agak mustahil dan tidak masuk akal,
menjadi cerita yang bisa dipahami nalar, menyentuh, menggugah, dan membuka
pikiran. Yann Martel banyak memberikan kita kesempatan untuk menilik segala
sesuatu dalam kacamata yang benar-benar baru, namun tidak dengan cara yang
merasa benar sendiri dan menyalahkan sudut pandang orang lain.
Hal ini salah satunya dapat kita lihat pada
bagian-bagian awal buku, dimana Pi menuturkan tentang pandangannya mengenai
kebun binatang, bahwa selama ini ada banyak sekali orang -saya salah satunya-
berpikir bahwa hewan dalam kebun binatang pastilah tersiksa karena kita,
manusia, menangkap lalu mengurung mereka jauh dari habitatnya, merampas
kebebasan hewan-hewan itu, tapi benarkah pendapat itu? tidakkah sebenarnya kita
sedang mempersonifikasikan sifat dan perasaan manusia kepada hewan-hewan itu?
“Di alam
bebas, binatang menjalani kehidupan berdasarkan keharusan dan kebutuhan, dalam
hierarki sosial yang tidak kenal ampun, dan lingkungan yang didominasi
ketakutan serta hanya sedikit makanan sementara teritori mesti senantiasa
dijaga dan parasit-parasit mesti ditahankan. Apa artinya kebebasan dalam konteks
seperti itu? Pada prakteknya, binatang-binatang dialam bebas tidaklah bebas
dalam ruang dan waktu, tidak juga dalam hubungan-hubungan pribadi mereka”
“Di
kebun binatang kita membangun tempat tinggal bagi binatang seperti halnya kita
membangun rumah untuk diri sendiri; kita menyatukan dalam suatu wilayah kecil
segala sesuatu yang di alam bebas memakan tempat yang luas. Dulu manusia
tinggal di gua, dengan sungai di sebelah sana, ladang perburuan satu mil ke sebelah
sana, tempat mengintai disampingnya, buah-buah berry di tempat lain lagi –dan semua
tempat itu penuh dengan singa, ular, semut, lintah dan tanaman merambat
beracun- tapi sekarang sungainya mengalir melalui keran yang mudah dijangkau,
dan kita bisa mencuci di sebelah tempat tidur, bisa makan di tempat kita
memasaknya, kita juga bisa melindungi semua teritori ini dengan tembok
pelindung menjaganya tetap bersih dan hangat.”
Sudut pandang yang ditawarkan oleh Martel,
rasa-rasanya bagi saya sungguh menarik. Tidak pernah sekalipun sebelumnya saya
memikirkan kebun binatang lewat cara seperti itu. Lalu bagian-bagian lain dalam
buku ini, juga sama mencengangkannya, berkali-kali kita dihadapkan pada cara
pandang Pi Patel yang begitu berbeda, kadang-kadang naïf khas remaja seusianya,
namun begitu jujur dan apa adanya.
Saya senang sekali membaca ulasan orang-orang
tentang buku ini, dan bisa menulis panjang lebar tentangnya karena kesan yang
ditinggalkan oleh buku ini memang dalam sekali, and I highly suggest to all of you to at least give this book a try,
infact if you can only read one book lets say in a month or even a year, read
this one, you will not regret it ;).
pernah nonton filmnya dan suka deh
ReplyDeleteElever Media Indonesia